Masih Menjadi Inspirasiku
Jika aku melihat dan
menyimak tiap kata-kata penyemangat yang terlontar dari dosenku Bu Nimas
Permata Putri, seakan aku ingin seperti dia menjadi seorang pendidik. Penuh
semangat, tegas, inovatif dan kreatif serta selalu jadi dambaan setiap mahasiswa.
Bagiku beliau memiliki magnet tersendiri untuk menarik perhatian mahasiswa.
Pendidik yang tidak hanya memberikan materi kuliah saja, namun juga mengajarkan
tentang kedisplinan, motivasi, inspirasi dan karakter.
Jadi ingat pada semester 3 beberapa tahun yang
lalu ketika aku masih kuliah. Sebelumnya, mahasiswa merasa tidak suka dengan Bu
Nimas. Jujur dari awal ketika pertama beliau mengajar, wuihhh...terasa tegang
dan takutt. Jarang banget deh buat senyum. Cara mengajarpun cepat sekali. Aku
akui hebat banget Bu Nimas. Saat itu,
beliau mengampu mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif. Awalnya banyak
mahasiswa yang protes dengan cara mengajar yang terlalu mengatur, cepat dan
disiplin banget. Bila jam mata kuliah Bu Nimas tiba, mahasiswa di kelas tak
bisa berkutik. Diam tak berani bersuara. Tak ada yang clometan dan candaan yang
selalu terlontar seperti kepada dosen-dosen yang lain. Adanya tegang dan was-was, seakan pengen
cepat pulang dan berakhir. Salah satunya aku sendiri yang ingin cepat selesai.
Rasa gelisah membuatku tak merasa nyaman. Tidak tahu apa penyebabnya, ya
mungkin aku belum beradaptasi dengan Bu Nimas.
Berlahan-lahan
dipertengahan semester 3, dengan metode pembelajaran yang menurutku berbeda
dari dosen-dosen yang lainnya. Bu Nimas memberikan sesuatu yang berbeda ketika
pada ujian tengah semester (UTS). Kebanyakan dosen di kampusku, langsung memberikan soal UTS dan disuruh
mengerjakan. Tidak dengan Bu Nimas saat itu. Beliau membuat diriku dan
teman-teman menitikkan air mata, sebelum mengerjakan UTS. Hal kecil, tapi
sungguh berharga banget.
Sebelum UTS dimulai
beliau memutarkan slide gambar yang cukup menarik. Seperti film yang
menggambarkan kasih sayang kedua orangtua kepada anaknya dari lahir hingga
dewasa. Terdapat kata-kata bijak dan iringan musik di dalamnya. Apalagi lagunya yang berjudul Bunda membuatku tak kuat untuk tak menangis. Aku nyanyiin sedikit
yaa..itung-itung buat inget-inget ketika aku mehek di kelas...hehehehe.
“Kubuka
album biru penuh debu dan usang, kepandangi semua gambar diri tentang
riwayatku. Kata mereka diriku selalu di manja. Kata mereka diriku selalu
ditimanggg....” , . Seketika tangisku tak terbendung,
banjirrr deresss di pipi. Tissu tak ada, korbannya jilbab aja deh. Hikss..Apalagi
saat itu aku duduk di depan. Tak hanya cukup satu lagu, namun terus berlanjut
dengan lagu Seventeen yang berjudul Ayah
: “Aku hanya memanggilmu Ayah, di saat ku
kehilangan arah, Aku hanya mengingatmu Ayah, Saat ku jauh darimu................”
Jujur aku merasa
tersentuh banget, talkala itu juga aku terbayang wajah orang tuaku yang membesarkan
diriku sampai sekarang. Ikhlas dan penuh kasih sayang. Bekerja keras mencari
uang demi aku dan keluarga. Demi pendidikan dan kebahagiaanku. Begitu banyak
pengorbanan yang dilakukan oleh bapak dan ibuku. Dan aku belum bisa membalas
semua yang mereka berikan dan belum
mampu membahagiakannya. “Yaa Allah, bahagiakan kedua orangtuaku. Bantulah aku
untuk membahagiakan mereka.”
Kemudian ketika
berakhirnya tayangan slide, Bu Nimas memberikan stimulus agar kita sebagai mahasiswa
yang sedang menuntut ilmu janganlah bermalas-malasan. Intinya harus
bersungguh-sungguh. Harapan orang tua, inginkan anak berhasil demi masa depan
dan mimpi-mimpi. Janganlah mengecewakan kedua orang. Begitu banyak pengorbanan
orang tua untuk membesarkan dan mendidik seorang anak. Jadi tetaplah semangat
untuk menutut ilmu. Berikan orang tua yang terbaik. TERBAIKKKK
Setelah diberikan
sebuah motivasi dan nasehat oleh Bu Nimas, UTS pun diharapkan dapat dikerjakan
secara maksimal. Ehhh... ternyata UTSnya cukup tidak sulit juga. Simpel banget
pokoknya. Seingatku di akhir soal beliau meminta kritik dan saran tentang dirinya
ketika mengajar di kelas. Serta evaluasi apa selama pertengahan semester 3. Beliau
memang mempunyai alasan tersendiri dengan aturan yang beliau buat. Ini juga demi
kebaikan mahasiswa semua untuk jauh lebih baik. Mungkin itu pesan yang aku
ingat. Samar-samar dalam pikirinku. Ya karna sudah lama.
Namun dengan banyaknya
kritik dan evaluasi. Bu Nimas semakin merasa lebih harmonis kepada mahasiswa.
Sudah mulai senyum dan bercanda. Di akhir pertemuan ke-14 di semester 3 beliau memberikan
kenangan tersendiri, tak segan-segan menggabungkan kelas ku kelas A dan kelas B
di sebuah aula yang berada di kampusku. Mengabadikan dengan kamera yang dibawa beliau,
kelas A dan B berfoto bersama. Hikss..seakan inilah rasa kebersamaan antara
dosen dan mahasiswa yang dulunya sangat tak disukai sekarang jadi terbalik
banyak yang menyukai.
Berlanjut di semester 4
beliau mengampu mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif dan bertemu lagi
dengan kelasku. Masih dengan peraturan di semester 3, tetapi sedikit demi
sedikit sudah terbiasa dan merasa lebih nyaman dari sebelumnya. UTS pun juga
berbeda dari semester 3. Unik lagi, unik lagi. Di semester 4, semakin menarik.
Kelas dibagi 5 orang, kemudian diberikan waktu sekitar 5 menit, kalau tidak
salah. Setelah itu mengerjakan soal UTS yang tergulung dalam slang minuman.
Kursi dihadapkan ke tembok belakang, agar yang lainnya tidak melihat ke belakang,
ketika 5 orang tersebut mengerjakan UTS. Sedangkan yang lainnya yang menghadap
ke depan menunggu antrian mengerjakan UTS, sambil melihat film Habibie Ainun
yang sudah diputarkan. Unik bukannn...bisa jadi referensi nanti
kalau aku jadi seorang pendidik. Amin.
Melangkah di semester 5,
kembali bertemu dengan Bu Nimas Permata
Putri. Dosen yang berasal dari Boyolali ini begitu tegas jika berkata. Seakan diriku
tersihir dengan apa yang beliau ucapkan. Beliau
selalu bilang konsisten, konsisten dan konsisten. Kata itu yang sering
mahasiswa bilang jika kelasku yang terkadang suka melangar peraturan atau saat
diberikan materi maupun mengerjakan sesuatu yang menurut beliau harus
diperbaiki. Contohnya dalam pembuatan makalah atau proposal. Beliau benar-benar
teliti jika ada kata atau kalimat yang salah. Hmmmmm....jempol deh bu,
Namun di semester 5,
dari segala peraturan yang dibuat dulu di semester 3 dan 4. Akhirnya
dibebaskan. Sontak mahasiswa gembira banget. Tapi dengan catatan penting bahwa
dengan meniadakan peraturan yang dulu dibuat yaitu datang lebih awal, jika
telat 10 menit tak boleh masuk. Bagi perempuan yang berhijab, disarankan harus
menggunakan baju lengan panjang. Tidak boleh ¾. Ingat pas aku masuk pertama
mata kuliah beliau, aku pakai baju ¾ hehehe. Maaf Bu Nimas...
Satu hal yang tak pernah aku lupakan sampai
sekarang ini. Mungkin bisa dijadikan
pengalaman yang mau membaca ini ya hehehe...karena aku pernah ke jebak dengan
cara Bu Nimas menyajikan soal-soal UTS. Memang awal seminggu sebelum UTS
Leksikologi, Bu Nimas sudah menjelaskan dan memberitahukan kalau soal UTSnya
jumlahnya 80 soal. Bolak-balik dalam satu lembar. 40 soal di depan, 40 soal
dibaliknya. Tidak bisa membayangkan.
Waktunya kira-kira 2 jam. Haduhhh....
Nah..pertempuran soal
pun Jumat sekitar jam setengah 10 pagi dimulai. Seperti biasa sebelum memulai
kegiatan beliau selalu membiasakan terlebih dahulu untuk mempimpin doa. Hal
berharga yang selalu diajarkan oleh Bu Nimas. Jika lupa tak melakukan hal ini,
mahasiswa yang suruh mengingatkan. Karena kekuatan doa, jauh lebih hebat dari
apapun. Like this Bu!!!.. Dan saat
itu aku duduk diurutan bangku ke dua di depan
. Bu Nimas dengan
segala instruksinya sebelum UTS dimulai dengan celotehannya yang tegas. “Tas
harus di letakkan di depan kelas. Yang membawa HP harus dibawa, tapi diletakkan
di bawah depan kursi. Soalnya jangan dikerjakan dulu, jangan ada yang megang
soal, sebelum saya perintah. Bagi yang selesai sebelum waktu habis untuk 3
orang, saya akan berikan poin 50%.” Batinku sudah tidak sabaran. “Haduh Bu tegang banget nih.”
Setelah Bu Nimas
selesai membagikan soal kepada mahasiswa lainnya. Akhirnya dimulai dan aku
bergelut dengan soal 80. Huftt..segera ku bergegas untuk mengerjakan. Memburu
waktu untuk cepat selasai. Kepengen juga mendapatkan pion 50%. Kelihatan aneh
dari 80 soal yang sudah disediakan oleh Bu Nimas. Soalnya seperti dibolak-balik
itu-itu saja. Sampai tangan sudah lelah buat menulis cepat.
Namun tiba-tiba ada
salah satu temanku yang ke depan dan
minta lagi lembar kertas jawaban. Beberapa menit kemudian ia sudah cepat sekali mengumpulkannya. “Haduhh
poinnya sudah diambil nih.” Eh..tak lama sudah ada yang ke depan mengumpulkan
jawaban. Haduhhhh...tambah pupus lagi harapanku untuk mendapatkan poin. Dan aku
masih belum juga tersadar dengan soal yang ku kerjakan. Semangatku mulai pudar. Bu Nimas senyum-senyum
saja. Teman-temanku yang sudah mengumpulkan, di luar kelas pada ketawa-ketawa.
Hmmmm...duhhh, tidak bisa fokusss. Dengan suara khasnya, beliau mengingatkan
untuk tidak tengak-tengok kanan kiri.
Karena tak membaca soal
keseluruhan dan tidak teliti dengan soal yang dibaliknya. Setelah aku membalik
soal UTS dan mendekati soal 63 kalau tidak salah, karena sedikit lupa...hehehe.
Wahhh ternyata oh ternyata aku terjebak dengan soal yang dibuat Bu Nimas.
Gubrakkkkk....dehhh. Otomasis langsung lemes gemes. Hampir setengahnya sudah ku
kerjakan. Dan aku baca berulang-ulang soal 63 itu yang inti soalnya yaitu
abaikan pertanyaan 1-80, kecuali no. 63. Kemudian apa yang anda ketahui dengan mata kuliah Leksikologi selama pertemuan 1-7 uraikan dan
buatlah 10 kata tentang pembelajaran Leksikologi ini. “Haduuhhhh Bu
Nimasssssssss....!! Tidak menyangka akan seperti ini. Aku terjebak oleh
perangkapnya Bu Nimas. Hikkkk....hikkkksss. Ternyata hanya satu soal yang dikerjakan.
Tidak hanya saya yang terjebak, banyak yang lainnya juga belum sadar dengan
soal yang dikerjakan. Tanpa banyak bicara aku langsung mengambil lembar jawaban
yang sudah disediakan oleh Bu Nimas. Aku mengerjakan lagi dengan semangat yang
sudah pupus.
Dari kisah soal UTS tersebut memberikan suatu pelajaran
yang berharga. Bahwa dalam mengerjakan suatu hal, baik itu soal atau bukan maka
kita harus teliti. Jangan asal main mengerjakan soal-soalnya saja. Sampai
sekarang beliau masih menjadi inspirasiku, dosen yang selalu memberikan warna
tersendiri ketika aku masih duduk di bangku kuliah.
Pacitan, 29 Februari 2016
#OneDayOnePostBatch2
#Harike-1
Pacitan, 29 Februari 2016
#OneDayOnePostBatch2
#Harike-1
Memang kadang dosen yg killer itulah lebih membekas d hati kt
BalasHapushehe iya mbk Rahmah...
BalasHapusWah dosen nya gokil,soal uts nya apalagi wkwk
BalasHapuswkkwkkwk...gregetan juga sihhh sama soalnya yang sepele mb
HapusTerkesan dengan kisahnya, mbak. saya ikut tersenyum juga di bagian akhir... asli kena jebak nih mbak... hahaha...
BalasHapushihihi.....jebakannya bikin keinget terusss,,,
HapusAaakkk keren ya Bu Nimas. Jadi inget dosen manajemen aku, Pak Budi. Beliau selalu ngingetin untuk selalu mau bertanya, mencari tahu, solat tepat waktu dan datang tepat waktu. Hehe
BalasHapushehehe jadi inspirasi banget ya mb yes...
HapusJadi kangen waktu kuliah...😂😂😂
BalasHapus#kenapa jadi aku menerangkan angkatan banget sih?..Hahaha
Iya mbk mitha,aku juga kangen banget
HapusDosen inspiratif akan selalu dikenang mahasiswanya
BalasHapusSalam kenal, sy Veniy dari grup ODOP :)
Salam kenal juga mbk Veniey, terima kasih sudah berkunjung di blog saya
Hapus