Anugerah Cinta


Seluit  senja berlahan merangkak pergi dan tergantikan gelapnya langit malam yang berhiaskan bulan dan bintang. Aku berdiri lama di depan pintu menantikan kehadiran suamiku  pulang. Rasa khawatir terus menghinggapiku. “Ya Rabb, lindungilah suamiku semoga dia baik-baik saja selama perjalanan pulang.” Tiap kali aku menengok di ujung jalan berharap Mas Anam segera muncul. Aku merasa merindukan kehadiran suamiku yang sudah 4 hari ke luar kota untuk melaksanakan tugas dinas. Walaupun aku dan Mas Anam selalu berkomunikasi lewat HP, tapi aku tetap merasa merindukan untaian-untaian nasehat yang terkadang selalu terlontarkan di bibir manisnya. Membuatku merasa nyaman berada di samping Mas Anam. Aku bersyukur memiliki dan menemukan sesosok suami seperti Mas Anam. Setiap aku bersujud kepada Kekasih-Ku, tak terlupakan aku selalu memanjatkan doa saat aku menjadi seseorang yang berarti bagi Mas Anam sampai sekarang ia menjadi separuh jiwaku. “Ya Allah...sekiranya cinta yang Engkau anugerahkan kepadaku adalah sesuatu yang aku cintai, maka jadikanlah ia sebagai kekuatanku untuk apa saja yang Engkau cintai.” Begitu terkoyak ketika terucap kalimat tersebut. Seakan air mata bahagia terus mengalir mengalunkan untaian doa kepada Sang Pemilik Hati.
Denting jam menujukkan pukul 7 malam, aku yang beranjak ke dalam rumah mendengar  deru mobil dari luar rumah dan membuatku bergegas untuk membuka pintu. “Mungkin Mas Anam sudah tiba,” pikirku senang
Wajah yang aku rindukan akhirnya kembali pulang. Senyuman yang tersirat di  raut wajah Mas Anam membuat hatiku terasa tenang dan lega.
Walaupun pernikahan kami baru berjalan 8 bulan, aku merasa bangga dan bersyukur  memiliki seorang suami yang selalu pengertian.  Awal aku mengenal Mas Anam, ketika aku diperkenalkan oleh pamanku yang satu kantor dengan Mas Anam. Saat itu, aku menolak untuk diperkenalkan dengan Mas Anam. Ya mungkin karena dulu aku merasa gengsi dan masih ingin bebas. Walaupun aku juga belum punya seseorang yang merasa dekat denganku, karena alasan belum ada yang cocok.
Namun, ketika aku tak sengaja bertemu dengan Mas Anam di rumah pamanku, mungkin inilah awal aku terpikat dengan pandangan pertama.  Kewibawaan dari tutur sapanya yang santun dan sopan membuatku untuk mencoba berteman dan  mempertimbangkan perkenalanku dengan Mas Anam. Senyuman yang dimiliki selalu terlukis diwajah manisnya dan aku merasa seperti sudah ditakdirkan untuk bertemu
. Selang beberapa bulan kami saling berkomunikasi secara intens, membuatku merasa menemukan seseorang yang akan membawaku kehidupan yang lebih berarti. Mas Anam mampu mengubahku  untuk berhijab. Dulu aku merasa acuh tak acuh dengan apa yang aku pakai, tetapi semenjak berteman dengan Mas Anam aku mulai belajar untuk menutup aurat. Dia sungguh memberikan ketenangan dan kenyaman dengan nasehat-nasehatnya seputar agama dan kehidupan. Dalam diriku, antara kagum dan bangga dengan Mas Anam.
            Meskipun raut wajahnya masih terlihat lelah, karena baru datang dari dinas luar. Ia masih menyempatkan untuk solat berjamaah dan membaca Al-Qur’an denganku. Suami yang sekaligus sebagai guru spritual dan selalu sabar membimbingku untuk melangkah ke surga-Nya. Memberikan tausiyah tentang islam dan menuntunku untuk menjadi istri yang solehah.
  Mas Anam yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil terus bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Sang Maha Pemberi Rezeki. Seringkali aku merasa malu bahwa Mas Anam memberikan banyak pelajaran tentang hidup. Terutama peduli dengan orang yang lemah dan tak mampu.
Dulu sebelum Mas Anam melamarku untuk menjadikan istrinya, aku pernah melontarkan pertanyaan kepadanya. “Apa yang dulu membuat Mas Anam mau memutuskan untuk mengenal lebih dekat dengan Zahra , padahal Zahra terkenal urakan dan keras kepala.” Jawaban dari Mas Anam pun membuat aku terpana. “ Rasa itu tiba-tiba datang seakan ada yang menuntunku untuk bertemu dik Zahra. Ceria dan tawa dik Zahra membuat Mas lebih terhibur dan berwarna. Mungkin takdir telah mempertemukan kita. Anugerah cinta yang diberikan kepadaku yang begitu suci, lembut, dan indah membuatku untuk yakin menjadikanmu pendamping hidup Mas.  Sehingga Mas bisa menuntun kamu ke jalan yang benar yang di ridhoi Allah SWT. “
Dalam hati terus bergejolak. Batinku yang tetap terus bersyukur kepada Tuhan yang telah mempertemukanku dengan Mas Anam. Butiran air mata yang terkadang sulit untuk berhenti karena rasa yang telah diberikan Tuhan begitu indah kepadaku. Ya Allah..terimakasih Engkau telah membawaku ke dalam pelukan suami yang mencintai Engkau. Inginku tetap bersamanya sampai Engkau memisahkan kami. Kumpulkanlah aku dan suamiku di surgamu yang indah berserta orang-orang soleh yang Engkau kehendaki. Amin.
                        #OneDayOnePost
                        #CoretankuDULU


           

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilanku Mudah Saja

Masih Menjadi Inspirasiku

Mutiara Berkilau di Pelosok Desa