Lukisan Senja Bagian 6

Berlalu, petang sudah menjemputku untuk segera pulang. Perkenalanku dengan Rama sore tadi membuat warna yang berbeda. Tuhan menuliskan takdir dan alur hidup seseorang. Mungkin ini juga jalan takdirku berjumpa dengan orang itu. Ya ..Rama.
“Ayo kita pulang..perempuan tidak baik berlama-lama di pantai?,” sindir Rama, membuatku geli.
“Yeeee...rumahku dekat, kalau ada yang jahat denganku tinggal teriak,” tandasku. Aku tak takut untuk pulang, jaraknya tak terlalu jauh. “Terus kamu pulang kemana?”.
“Cieee mw tahu ya..,”  canda Rama buatku salah tingkah.
“Ndak jadi tanya kalau gitu,” jawabku acuh.
Rama tersenyum, aku pun beranjak untuk segera pulang tanpa memperdulikannya. Langkahku bergas cepat, sedikit berlari.
“Sampai berjumpa lagi Hani..?”, teriak Rama dengan melambaikan tangan.
Aku hanya mengacungkan ibu jari, bertanda oke jika Tuhan menakdirkan untuk bertemu.
Langit telah berganti cepat, senyum ketenangan menghiasi wajahku. Sesampai di rumah terbayang paras Rama, namun seketika ku tepis kembali. Bukan karena takut aku belum siap untuk membayangkan lelaki lagi. Semenjak Andik pergi aku belum siap untuk jatuh cinta lagi.
Waktu berlalu cepat meninggalkan setiap moment dalam hidupku. Sebagai anak pertama, aku tak ingin menyia-yiakan masa-masa muda. Pikiranku harus maju ke depan, yaitu fokus menyelesaikan S1. Semester 8 sudah menanti dengan seambrek aktivitas skripsi, setelah beberapa hari vakum tak menyentuh kertas dan keybord laptop. Bukanku menghindar dari tugas, kadang aku merasakaan kejenuhan yang teramat dalam karena fase-fase penyusunan skripsi. Coret sana coret sini jika itu ketemu dengan dosen pembimbing.  Ternyata Jurusan Pendidikan Matematika, tak semudah yang aku bayangkan. Rambutku seperti gampang rontok berurusan dengan angka-angka. Alhamdulilah, setidaknya diriku sudah sampai tahap ini, berjuang untuk menaklukkan angka.
Pagi ini lalu lalang mahasiswa tingkat akhir menghiasi sudut-sudut kelas. Ruang Perpustakaan sudah penuh dan diriku masih enggan meramaikan. Tempat yang aku tuju sekarang adalah bertemu seseorang yaitu Dosen Pembimbing Pak Daru. Semoga saja aku tak didamprat lagi, hampir 2 kai aku tak menemui beliau. Apa kabarnya skripsiku yang aku tinggalkan kemarin, doa cemas sambil mulut komat-kamit.
“Haniiiiii......., “ teriakan disebrang mengagetkanku. Suara lelaki. Kutenggok disekelilingku nihil tak mendapatkan siapa yang memanggilku. Mata masih mencari arah panggilan itu, karena saat aku berdiri sekarang ini segerombolan mahasiswa yang baru keluar kelas menghalangiku.
Tak ada suara lagi yang memanggil aku pun melanjutkan menemui dosen pembimbing.
“Haiii..dipanggil kok malah pergi ja kamu ini,” seru lelaki jangkung sambil menepuk pundakku. Sontak aku pun kaget. “Raamma” ini orang apa suka buatku senam jantung ya. Nongol saja kayak hantu.
“Hahm.. kaamu kok bisa ada disini,” tanyaku penasaran. Tak percaya Rama di kampusku. Ada apa gerangan. Pasti lagi jemput pacarnya, sangkaku.
“Jemput adik keponakan, tuh...dia baru keluar rungan,” jawabnya sambil menunjuk wanita yang disebutkan Rama.
“Oalah, jemput keponakan kirain jemput pacar,” godaku.
Perbincanganku terhenti, Rama mengenalkan diriku dengan adiknya. Ya namanya Rini, baru semester 2. Asing juga menurutku, maklum kakak tingkat akhir yang terlalu sibuk dan kurang memperhatikan adik kelasnya.

#Odop
#bersambung lagi #bersambung lagi :)





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kegagalan

MENUNGGU CINTA DATANG DI WAKTU YANG TEPAT

Rindu Suasana Kerja Yang Dulu