Mutiara Di Pelosok Negeri Bagian 3
Mutiara di Pelosok Negeri Bagian 1
Mutiara di Pelosok Negeri Bagian 2 "Tempat Baru"
Mutiara di Pelosok Negeri Bagian 2 "Tempat Baru"
Pendidikan
adalah hal yang utama bagiku. Masih banyak yang menganggap remeh, jika anak
tukang bangunan tak dapat melanjutkan kuliah atau berpendidikan tinggi. Ya
awalnya memang merasa minder dan tak yakin. Aku ingin mematahkan anggapan
negatif itu. Ingin membuktikan bahwa aku pasti bisa. Tak ada yang tak mungkin, semua atas kehendak
Tuhan.
Detik ini aku mulai awal kisahku
berada dilingkup bangku kuliah. Sepeda onthelku setia untuk mengantarkan ke
kampus untuk pendaftaran calon mahasiswa baru. Jarak tempuh yang tak jauh.
Wajah asing aku temui di beberapa sudut ruangan.
“Adik
mau pilih jurusan apa,” seorang panitia bertanya sambil menyodorkan formulir
kepadaku.
“Iya
mbk, sebentar saya akan membaca tiap jurusan dulu,” jawabku dengan mengambil
brosur yang disediakan panitia.
Gerombolan
pendaftar telah memenuhi ruang pendaftaran. Mataku mengarah mencari tempat
duduk, untuk mengisi formulir pendaftaran. Tepat di salah satu bangku kosong
yang hanya ada seorang wanita duduk sibuk dengan aktivitasnya menulis lembaran
formulir.
Aku
menuju tempat tersebut dengan langkah cepat.
“Maaf,
boleh duduk di sini,” aku meminta persetujuan dari wanita tersebut. Karena aku
rasa dia juga seorang diri.
“Boleh
mbk, tempat duduk ini masih kosong,” ia mempersilakan duduk kepada diriku. Kacamata
yang bertengger di wajahnya melukis senyum kepadaku.
“Calon
pendaftar juga kan mbk,”aku balik bertanya sekadar memastikan. Awal baru harus
mencari teman juga kan. Menurutku.
“Iya
mbk. Mbknya sendiri?,”
“Sama
aku juga calon pendaftar. Anisa,” aku memulai mengulurkan tanganku untuk
berkenalan dengan wanita berkacamata itu.
“Reni.Oh
ya.. ngomong-ngomong kamu pilih jurusan apa nih?” lembar kertas yang ku pegang
masih belum aku isi.
“Ada
yang nyarain untuk ngambil jurusan pendidikan nih tadi, bismillah aku ngambil
jurusan PBSI dan satunya lagi buat
cadangan Pendidikan Matematika,” jelasku.
“Wah
sama dunk kalau pilihan pertama aku ngambil PBSI,” tutur Reni antusias.
“Muga
lolos ya kita nanti, bisa satu kelas,” harapku. Reni juga berlihat senang,
Formulir
pendaftaran telah terisi, dan aku memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Ya memang sudah aku pikir matang-matang, apa yang sudah menjadi
pilihanku. Yakin sajalah.
Jika
dibilang kok pilih jurusan itu? Masa bahasanya sendiri dipelajari lagi?
Orang-orang masih menganggap remeh hal yang mudah, padahal itu tak semudah apa
yang dibayangkan. Be positif karena
tiap orang beda pemikiran dan tujuan. So apapun yang dikatakan orang hal yang
tak baik akan menjadi semangat untuk mewujudkan yang baik. Mencintai bahasa
Indonesia dan harus bangga.
Selepas pendaftaran, aku pun melanjutkan untuk akivitas bekerja dan berjumpa dengan alat-alat listrik yang menungguku dari tadi. Ku gayuh cepat si onthel dengan penuh semangat.
Komentar
Posting Komentar