Mutiara di Pelosok Negeri Bagian 4

Mutiara di Pelosok Negeri Bagian 1

Mutiara di Pelosok Negeri Bagian 2 "Tempat Baru"


Dua minggu setelah ku dinyatakan lolos pendaftaran di STKIP PGRI Pacitan, akhirnya hari ini aku menjalankan test masuk perguruan tinggi. Aku kembali izin bekerja, alhamdulilah pihak toko memperbolehkan diriku. Meskipun rasa hatiku sering tak enak dengan karyawan lainnya. Aku yakin Tuhan akan memberikan kepada hambanya untuk menuntut ilmu.
Pagi yang membawa secercah harapan dan asa. Semenjak subuh, ibu sudah bangun dan mempersiapkan sarapan pagi. Sebagai keluarga yang sederhana, diriku sangat bersyukur Bapak Ibu masih memberikan semangat. Hanya restu dari orang tua yang menjadi harapanku. Tubuh ibu semakin menua. Masa senja yang masih kuat menjalankan aktivitas.  
          “Mulai testnya nanti jam berapa nduk?” tanya ibu dengan tangannya membawa sepiring makan untuk bapak.
“Jam 8 buk, insyaallah hari ini Nisa izin dulu kerja.” Jawabku saat menyiapkan peralatan test. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 wib.
Bapak yang sedari tadi juga bersiap untuk berangkat kerja menyambangiku.
“Ayo nduk, sarapan dulu  jangan sampai tidak sarapan. Biar nanti saat mengerjakan soal test perut kamu tidak keroncongan,” saran bapak mengingatkan diriku.
“Nggeh pak,” dengan bergegas menuju meja makan. Bapak selalu dan selalu mengingatkan untuk sarapan. Jika kelewat sedikit, wah ceramahnya tidak habis-habis. Ahmad yang sudah melahap sarapan pun tak ingin kena marah lagi. Ia sering mengusiliku dan terkadang sering bertengkar.
 Tempe, tahu dan oseng kangkung menjadi menu favoritku pagi ini, sederhana yang membuat keluarga kami tetap bersyukur.
            “Mbkk nisa, cepatan sarapan. Oseng kangkungnya aku habiskan lhoo,”teriak Ahmad yang tak menengok diriku. Padahal diriku ada dibelakang dirinya.
“Kebiasaan nihh anak, teriak-teriak saja. Ini lho mbk mu datang mau makan dirimu yang semakin enduttt,” seruku dengan cubitan yang meluncur ditelinga.
“Aduhhhh...sakit mbk nis,” Ahmad mengaduh kesakitan untuk minta segera dilepaskan cubitanku.
“Makanya dunkk, jangan bercanda sama mbk. Ini mbk mau test, doain dunkk dek,” pintaku
“iya..iya ahmad doain, muga mbk gak salah jawab,” jawabnya sambil berlari. Serasa pengen kukejar dan kucubit lagi.
Sehabis sarapan aku pun pamit untuk segera berangkat ke tempat test. Setengah jam harus segera tiba di sana. Aku tak ingin terlambat. Semoga menjadi awal yang baik hari ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kegagalan

MENUNGGU CINTA DATANG DI WAKTU YANG TEPAT

Rindu Suasana Kerja Yang Dulu