Lukisan Senja Bagian 2
Baca dulu Part 1
Langkah gesit Hamdan turun dari sepeda
langsung berlari menuju rumah menenteng ikan hasil pancingan. Bergegas aku
menyusul dibelakang Hamdan, melirik jam dinding rumah menunjukkan pukul 6,
masih ada waktu menjalankan ibadah sembayang.
Rumah sepi tanpa kehadiran semangat
Bapak pahlawan keluargaku. Selama 2 tahun merantau ke Kalimantan bekerja
mencari rejeki. Tinggal bertiga bersama Hamdan dan ibu. Disaat-saat sepertilah
ini aku merindukan bapak, yang harus berjuang sendiri di negeri orang.
Kondisi Pacitan, yang masih dibilang
sangat sulit mendapatkan pekerjaan, membuat banyak orang di daerahku pergi merantau.
Untungnya ibu masih membuka usaha membuat jajanan kue yang dijual di pasar dan
beberapa kantin sekolah. Hasil uang kiriman Bapak hanya dibuat untuk biaya
sekolah Hamdan dan diriku.
Setelah membersihkan badan dan
melaksanakan sholat, aku pun menengok ibu yang masih bergulat dengan adonan
tepung sendiri. Aku memulai memecah keheningan.
“Buk, adonan donatnya Hani goreng ya
bu,” tanganku mulai memegang jajaran bulat
yang sudah mengembang dan siap digoreng.
“Iya nduk, siapkan dulu wajan dan
minyaknya,” tangan kuat ibu masih melekat dengan tepung.
“Siap laksanakan bu,” gerak cepatku
menjawab.
Ndukk, ibu mau tanya. Hubunganmu dengan
Andik bagaimana?” aktivitasku menggoreng donat seketika berhenti. Ah..kenapa
ibu menanyakan lelaki itu. Aku sudah tak mencintainya lagi.
“Emm..bagaimana ya buk, Andik sudah
lama tak memberi kabar kepadaku,” dalihku menjelaskan.
“Lho,
kenapa bisa sampai tak mengabarimu nduk. Apa kamu ada masalah dengan Andik,”
rasa ingin tahu ibu semakin bertambah.
#ODOP
#cerbung-2
Awas mba Hani, donatnya jangan sampai gosong. :)
BalasHapus